Kabut Eksotis

Kabut erotis

Mata terpejam, menempati sangkar kedamaian. Sesekali ku menoleh apa kau tak tergoda dengan kabut yang terus menyelimuti sanubari..
Benar saja,
kau meringkuk minta dipeluk,
kata mu hawa dingin terus menusuk.
memanja seperti bayi..

"Ncik.."
Perut ku tertindih tangannya,
desir aliran darah mulai memucuk saat ia menggulitiku dengan jari-jari kotornya,
Ditambah kabut yang terus menutup permukaan,
Membuatku mulai sesak..

Merayu, menjamah, dan aku pasrah
Ia sangat cekatan, mencakar setiap konak
Tidak bisa aku lawan.
Sungguh tidak terkendali,
Sampai liur tumbuh subur, mengguyur api saqar

Celaka,
Ia hanyut pada kabut erotis
Denyut nadiku semakin kencang
Terlihat si buah zakar mulai menyerang
Ku menepis,
Namun jika aku tak menurut ia akan merajuk
Tubuhku tak bisa bergerak
Tiba ia menyetubuhi tanpa sungkan

Kabut erotis tercium anyir,
Rupanya sarang mu basah, entah karna Mani mu atau air mataku yang merintih kesakitan dikala duri menancap pada selangka.

Kau memaksa,
Hingga aku jatuh pada euforia bukan kepalang


Pamulang, 12 Maret 2017
Awi Shinta


Pict by @psychedelicpaintt

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jeda

Pukau

Pelukis Rasa